Monday, September 30, 2019

Aubameyang Keluhkan VAR Usai Bobol Gawang MU

Liputan6.com, Manchester - Striker Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang, mengeluhkan video assistant referee (VAR) usai menjebol gawang Manchester United (MU). Apa yang sebenarnya terjadi?

Arsenal berhasil menahan imbang MU 1-1 pada lanjutan pertandingan Liga Inggris di Old Trafford, Selasa (1/10/2019) dini hari WIB. Dalam laga itu, Setan Merah unggul dulu melalui Scott McTominay di akhir babak pertama.

Arsenal kemudian membalas di babak kedua melalui Aubameyang. Sebelum pemain asal Gabon itu mencetak gol, hakim garis sudah lebih dulu mengangkat bendera offside. Meski demikian, Aubameyang tetap menembak bola ke gawang David de Gea.

Wasit kemudian melihat VAR dan ternyata Aubameyang tidak offside. Sang bomber pun merasa perayaan golnya jadi kurang maksimal gara-gara insiden itu.

"Saya yakin bahwa saya tidak offside. Saya terkejut bahwa wasit meniup peluit, tetapi saya menyelesaikan peluang seperti biasa. Saya selalu berusaha mencetak gol, meski peluit berbunyi," kata Aubameyang kepada Sky Sports.

"Saya mendengar kerumunan mengatakan itu offside, tapi kemudian itu gol, jadi saya senang! Ya, tentu saja itu membuat sukacita berkurang, itu perasaan aneh. Anda tidak dapat merayakan 100 persen. Tapi tidak apa-apa, saya senang untuk Arsenal."

2 dari 3 halaman

Puas dengan 1 Poin

Aubameyang mengaku cukup puas dengan hasil imbang di Old Trafford.

"Kami akan mengambil poin ini. Saya pikir tim bertarung dengan sangat baik hari ini. Kami tahu selalu sulit untuk datang ke sini dan kami akan menerimanya. Tidak mudah ketika Anda kebobolan satu gol di akhir babak pertama dan Anda pergi, itu sulit, tapi kami bangkit di babak kedua dengan semangat besar."

"Kami bangkit hari ini dan minggu lalu juga. Mungkin kami harus mulai dengan lebih banyak kekuatan, lebih percaya diri, karena kami memiliki kekuatan dan kami dapat melakukan hal-hal besar," Aubameyang menambahkan.

3 dari 3 halaman

Posisi 4

Dengan hasil imbang tersebut, Arsenal berada di peringkat empat klasemen Liga Inggris dengan 12 poin. Sementara MU di posisi 10 dengan sembilan angka.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:45AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2o566ER
via IFTTT
Share:

Setelah Lampu Mati dan Misteri Kematian Tanpa Pusara DN Aidit

Liputan6.com, Jakarta - Malam semakin larut, namun Ilham Aidit tidak kunjung bisa memejamkan matanya. Bocah enam tahun itu hanya membolak-balikkan badannya di atas ranjang. Deru mesin jip dan derap sepatu yang mendekat ke rumahnya semakin membuat Ilham terjaga.

Dia kemudian mendengar derik suara pintu dibuka. Ilham menangkap suara ibunya dengan nada tinggi berbicara dengan tamu yang datang. Karena penasaran, Ilham kecil merosot dari ranjang ibunya dan mengendap-endap ke ruang depan.

Ilham tak ingat seluruh pembicaraan ibunya dan tamu yang datang. Yang masih terlintas malam itu, 30 September 1965, Ilham kecil melihat ibunya membentak dua orang berseragam militer warna biru di depan rumahnya. "Ini sudah malam!"

"Maaf, tapi ini darurat. Kami harus segera," jawab tamu tak diundang itu.

Dengan kesal, perempuan itu menuruti kemauan tamu dan memanggil suaminya di ruang kerja. Dia adalah Dipa Nusantara Aidit atau yang dikenal DN Aidit, pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI). Ilham yang kepergok berada di ruang tengah ikut didamprat.

"Kamu, anak kecil, tidur kamu. Sudah malam begini masih kelayapan." Namun Ilham tidak bergerak dan memilih bertahan di ruang tengah rumahnya.

Ilham mendengar kedua orangtuanya berdebat. DN Aidit kemudian keluar menemui tamu. Tak lama berselang, dia kembali ke kamar memasukkan beberapa pakaian dan buku ke dalam tas. Ia sempat terlihat ragu. Ilham melihat ayahnya meletakkan tas dan kembali ke ruang depan berbicara sekilas dengan penjemputnya. Aidit lalu kembali ke kamar dan ribut dengan Soetanti, istrinya.

"Ibu ngotot minta ayah tak usah berangkat ke istana malam-malam," kata Ilham dikutip dari Seri Buku Tempo: Orang Kiri Indonesia berjudul Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara.

Namun Aidit tetap pergi. Sebelum meninggalkan rumah, dia mencium kening istrinya. Aidit juga mengangkat tubuh kecil Ilham dan mengusap rambutnya. Kepada adiknya bernama Murad Aidit yang tinggal di rumahnya, pentolan PKI itu berpesan agar mengunci pagar.

"Matikan lampu depan," perintah Aidit kepada Murad.

Sejak saat itu, DN Aidit tak pernah kembali lagi. Ke mana saja Aidit pergi malam itu dan apa yang dilakukan masih belum ada jawaban yang pasti hingga kini.

Kesaksian Mayor Udara Sudjono di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), dialah yang menjemput Aidit di rumahnya, bukan pasukan Cakrabirawa. Lalu dibawa ke rumah Syam Kamaruzzaman, Kepala Biro Chusus PKI yang dibentuk Aidit tanpa sepengetahuan pimpinan pusat PKI lainnya. Di kawasan Jalan Salemba, Jakarta Pusat itu, sudah menunggu sejumlah anggota Biro Chusus PKI.

Menurut Victor Miroslav Fic, penulis buku Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi, di rumah Syam, Aidit melakukan cek akhir Gerakan 30 September atau G30S. Aidit rencananya menemui Soekarno di rumah Komodor Susanto di Halim Perdanakusuma.

Skenarionya, Aidit akan memaksanya membersihkan Dewan Jenderal, lalu memintanya mengundurkan diri dari jabatan presiden. Namun pertemuan dengan Bung Karno gagal. Aidit lalu mengutus Brigjen Supardjo menemui Soekarno.

Versi surat Aidit yang ditulis dalam pelariannya 6 Oktober 1965, malam itu ia dijemput pasukan Cakrabirawa untuk rapat darurat kabinet di Istana Negara. Tapi dia malah dibawa ke Jatinegara dan Lanud Halim Perdanakusuma. Di sana, Aidit ditempatkan di rumah kecil dan diberi tahu akan ada penangkapan terhadap anggota Dewan Jenderal.

Esok harinya, Aidit mendapat kabar Soekarno memberikan restu terhadap penyingkiran Dewan Jenderal. Lalu Aidit diminta terbang ke Yogyakarta --lokasi yang dianggap tepat untuk pemerintahan sementara-- untuk mengatur kemungkinan mengevakuasi Soekarno.

Tidak jelas versi mana yang lebih benar. Hingga kini tidak ada kejelasan apa yang terjadi pada Aidit setelah dia memerintahkan Murad mematikan lampu depan rumahnya. Pihak keluarga bahkan baru tahu beberapa tahun kemudian bahwa Aidit pernah dibawa ke Halim Perdanakusuma. Sisanya masih gelap.

2 dari 4 halaman

Pelarian Aidit dan Senyum Soeharto

Dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Aidit bertolak ke Yogyakarta. Dia tiba di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta pada 2 Oktober 1965 dini hari. Angkatan Udara menangkap kedatangan Aidit sebagai utusan negara dan menawarkan mengantarkannya ke Kepala Daerah Yogyakarta Sri Paku Alam, tapi Aidit memilih pergi ke pimpinan PKI di daerah tersebut.

Dalam sehari, Aidit rapat bersama kader-kader PKI di Yogyakarta, Semarang, dan Solo. Di Yogyakarta, Aidit bertemu petinggi partai dan memutuskan bahwa PKI setempat akan melancarkan aksi-aksi massa untuk membela Presiden Soekarno.

Di Semarang, Aidit bergabung dengan pimpinan PKI Jawa Tengah yang mengadakan rapat darurat. Rapat menghasilkan sikap politik yang menyatakan bahwa Gerakan 30 September adalah masalah internal Angkatan Darat. PKI tidak ada sangkut pautnya dengan gerakan itu. Tugas utama partai adalah melakukan konsolidasi.

Berlawanan dengan Semarang, rapat di Solo justru mendukung operasi Gerakan 30 September. Pertemuan yang dihadiri Wali Kota Solo Utomo Ramelan itu menyatakan, PKI harus melancarkan perjuangan bersenjata untuk mendukung gerakan Letkol Untung merebut kekuasaan pemerintah setempat.

Perbedaan keputusan inilah, menurut Victor Miroslav Fic dalam bukunya Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi, menjadi pemicu pendukung PKI terbelah menjadi golongan radikal dan moderat. Namun yang juga menjadi belum jelas dalam rangkaian peristiwa itu adalah bagaimana Aidit bisa mengadakan rapat di tiga kota dalam waktu sehari.

Dalam keadaan genting ini, politbiro PKI bertemu di Blitar, Jawa Timur pada 5 Oktober 1965. Pertemuan di Blitar simpang siur karena para elite PKI masih di Jakarta dan sibuk menyelamatkan diri. Menurut Victor, memang tidak semua elite PKI hadir di Blitar. Selain Aidit, hanya ada MH Lukman, Wakil Ketua I CC PKI yang juga Wakil Ketua DPR Gotong-royong.

Dalam surat tertanggal 6 Oktober 1965 yang diyakini ditulis di Blitar, Aidit menyampaikan peristiwa 30 September versinya. Dia menceritakan penjemputan terhadapnya oleh pasukan Cakrabirawa, dibelokkan ke Halim Perdanakusuma, hingga dikirim ke Yogyakarta.

Aidit juga menulis 6 poin usulan menyelesaikan krisis politik akibat penculikan dan pembunuhan para jenderal. PKI tetap beranggapan bahwa peristiwa itu merupakan persoalan internal di tubuh Angkatan Darat. Aidit mengaku tidak tahu sebelumnya soal gerakan itu. Kepada Soekarno, Aidit mengusulkan agar peristiwa itu diselesaikan presiden secara politik.

Di tengah gencarnya perburuan terhadap tokoh dan simpatisan PKI yang dilakukan pasukan Soeharto, Aidit masih sempat mengeluarkan instruksi. Salah satu instruksinya dibuat pada 10 November 1965, Aidit menyampaikan wasiat setelah melihat perkembangan keadaan.

Merujuk buku wartawan TVRI Hendro Subroto, Dewan Revolusi PKI: Menguak Kegagalannya Mengkomuniskan Indonesia, Aidit mengakui kerusakan pada partainya akibat G30S, meski semua sudah diperhitungkan. Surat wasiat itu juga mengisyaratkan kemungkinan Aidit mencari perlindungan ke RRC. Surat itu juga mengisyaratkan optimisme bahwa Sosro--yang diyakini sebagai nama samaran Soekarno--belum meninggalkan PKI.

Dalam sidang kabinet terakhir Kabinet Dwikora 6 Oktober 1965, Soekarno bisa meyakinkan kabinet untuk menerima usul Aidit. Tapi perkembangan yang terjadi justru berujung pada kekalahan PKI. Selang 12 hari setelah berkirim surat wasiat, nasib Aidit berakhir di tangan anak buah Komandan Brigif IV Kodam Diponegoro Kolonel Yasir Hadibroto.

Yasir, dalam Kompas edisi 5 Oktober 1980, menuturkan, Mayjen Soeharto menyebut yang melakukan pemberontakan G30S adalah anak-anak PKI yang pernah memberontak di Madiun pada 1948. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad merangkap Panglima Kopkamtib memerintahkan Yasir membereskan semua. Disebutkan pula, DN Aidit sedang berada di Jawa Tengah.

Brigif IV sebenarnya tengah melakukan operasi di Kisaran, Sumatera Utara. Namun mereka kembali ke Jakarta setelah mendengar peristiwa 30 September 1965. Di hari pertemuan itu, 2 Oktober 1965, tentara telah memburu orang-orang PKI yang dituduh terlibat dalam peristiwa G30S. Namun DN Aidit, pucuk pimpinan PKI menghilang.

Atas perintah Soeharto, Yasir dan pasukan pun berangkat ke Solo. Di sana, mereka bertemu Sri Harto, orang kepercayaan pimpinan PKI sedang meringkuk di sel tahanan. Dia dilepas untuk mencari keberadaan Aidit. Hanya beberapa hari, Harto melapor Aidit berada di Kloco dan akan segera pindah ke Desa Sambeng belakang Stasiun Balapan pada 22 November 1965.

Operasi pun dimulai. Sekitar pukul 9 malam, Letnan Ning Prayitno memimpin pasukan Brigif IV menggerebek rumah milik bekas pegawai PJKA itu. Yasir memantau dari jauh. Para tentara menemukan Aidit tengah bersembunyi di balik lemari di salah satu sudut rumah. Aidit kemudian dibawa ke markas mereka di Loji Gandrung.

Malam itu juga Yasir menginterogasi Aidit. Kabarnya, pentolan PKI itu membuat pengakuan tertulis setebal 50 halaman. Isinya antara lain, hanya dia yang bertanggung jawab atas peristiwa G30S. Namun sayang, menurut Yasir, Pangdam Diponegoro kemudian membakar dokumen itu.

Menjelang dini hari Yasir kebingungan karena Aidit berkali-kali minta bertemu Soekarno. Namun Yasir tidak mau. "Jika diserahkan kepada Bung Karno, pasti akan memutarbalikkan fakta sehingga persoalannya akan jadi lain," kata Yasir dikutip Abdul Gofur dalam bukunya, Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia.

Akhirnya pada pagi buta, Yasir membawa Aidit meninggalkan Solo ke arah barat menggunakan iring-iringan tiga jip. Aidit yang diborgol berada di jip terakhir bersama Yasir. Saat terang, rombongan itu tiba di daerah Boyolali. Tanpa sepengetahuan dua jip pertama, Yasir berbelok masuk ke Markas Batalion 444.

"Ada sumur?" tanya Yasir kepada Komandan Batalion 444 Mayor Trisno. Trisno kemudian menunjuk sebuah sumur tua di belakang rumahnya.

Yasir membawa tahanannya ke tepi sumur tua. Dia mempersilakan Aidit mengucapkan pesan terakhir, namun Ketua Comite Central (CC) PKI itu justru pidato berapi-api. Hal itu membuat Yasir dan anak buahnya marah. Dan, dor! Timah panas menembus dada tubuh gempal Aidit. Menteri Koordinasi sekaligus Wakil Ketua MPRS itu tewas dan terjungkal masuk sumur pada 23 November 1965.

24 November 1965 pukul 3 sore, Yasir bertemu Soeharto di Gedung Agung, Yogyakarta. Setelah melaporkan tugas, sekaligus keputusannya membunuh Aidit, sang kolonel memberanikan diri bertanya kepada sang jenderal. "Apakah yang Bapak maksudkan dengan bereskan itu seperti sekarang ini, Pak?" Soeharto tersenyum.

Ada beberapa versi tentang cerita akhir hidup DN Aidit. Selain tewas ditembak di sumur tua, versi lain menyebut Aidit diledakkan bersama-sama dengan rumah tempat ia ditahan. Betapapun juga, sampai sekarang tidak diketahui secara pasti di mana jenazahnya dimakamkan.

3 dari 4 halaman

Kematian Tanpa Pusara Sang Muazin

Selain kematiannya, kelahiran Aidit pun bermacam-macam versi. Beberapa mengatakan Aidit kelahiran Medan, 30 Juli 1923 dengan nama lengkap Dja'far Nawi Aidit. Keluarga Aidit konon berasal dari Maninjau, Sumatra Barat yang pergi merantau ke Belitung. Namun banyak masyarakat Maninjau tidak pernah mengetahui dan mengakui hal itu.

Versi lain menyebut, DN Aidit lahir di Jalan Belantu 3, Pangkallalang, Belitung pada 30 Juli 1923 dengan nama Achmad Aidit --ia biasa disapa Amat oleh orang-orang yang akrab dengannya. Anak sulung pasangan Abdullah Aidit dan Mailan ini lahir di lingkungan yang religius. Dia berasal dari keluarga berada, kakek dari ayah adalah pengusaha yang cukup berhasil sedangkan ibu dari keluarga ningrat sekaligus tuan tanah di Pulau Belitung.

Berasal dari keluarga berada, Aidit mudah bergaul dengan siapa saja. Aidit mendapat pendidikan dalam sistem kolonial Belanda. Sepulang sekolah, Aidit dan adik-adiknya belajar mengaji ke paman mereka.  Orang-orang di Belantu juga mengenal Aidit sebagai tukang azan atau muazin.

Seperti daerah-daerah di Indonesia saat itu, Belitung juga belum memiliki pengeras suara untuk azan. "Karena suara Bang Achmad keras, dia kerap diminta mengumandangkan azan," kata Murad Aidit.

Achmad Aidit memiliki tiga adik kandung yakni Basri Aidit (1925-1992), Ibrahim Aidit (1926, usianya tak sampai sehari), Murad Aidit (1927-2008), serta dua adik tiri yakni Sobron Aidit (1934-2007) dan Asahan Aidit (lahir 1938). Achmad Aidit memiliki lima anak yakni Ibaruri Putri Alam (1949), Ilya Aidit (1951), Iwan Aidit (1952), serta si kembar Ilham Aidit dan Irfan Aidit (1959).

Achmad banyak berubah sejak ia hijrah ke Jakarta di usia 13 tahun. Dia melanjutkan studi di Batavia dan aktif di sejumlah organisasi kepemudaan. Hingga akhirnya dia terjun ke politik, mengenal PKI, dan mengubah namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit. Di usianya yang masih muda, dia mampu menjadi pemimpin tertinggi PKI dan membesarkan partainya.

Namun karir cemerlang dan hidupnya berakhir setelah peristiwa berdarah 30 September 1965. DN Aidti diburu dan hingga kini jenazahnya masih misteri.

Sumur tua di bekas Markas Batalion 444 di Boyolali kini tak terlihat lagi. Hamparan tanah berkerikil di dekat gedung tua itu kini ditumbuhi labu siam, ubi jalar, serta pohon mangga dan jambu biji di kanan-kirinya. Meski tak berbekas, banyak orang meyakini di sepetak halaman itu pernah ada sumur tua, tempat jasad DN Aidit terkubur. Salah satunya Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) Boyolali, Tamam Saemuri (lahir 1936).

Pada suatu malam di tahun berdarah 1965, Tamam muda pernah bertemu Kolonel Yasir Hadibroto dalam sebuah rapat. Saat itu Tamam aktif di Gerakan Pemuda Ansor NU, organisasi yang banyak terlibat 'operasi pembersihan'. Kepada Tamam, Yasir mengumumkan pasukannya telah menembak mati DN Aidit. "Dia diberondong senapan AK sampai habis 1 magasin," kata Tamam.

Sejumlah sumber lain membenarkan cerita Tamam. Setelah puluhan tahun, cerita itu sampai juga ke telinga putra DN Aidit, Ilham. Sekitar tahun 2000, Ilham memutuskan sendiri datang ke lokasi diduga pusara ayahnya. Saat itu, dia hanya berbekal sepotong informasi dari koran bahwa ayahnya tewas ditembak di Boyolali.

"Sejak lulus kuliah sampai 1998, saya selalu mencari kuburan Ayah dengan sembunyi-sembunyi," katanya akhir September 2007.

Menemukan makam Aidit bukan perkara mudah, bahkan bagi anaknya. Ada upaya sistematis untuk membuat peristirahatan pentolan PKI itu dilupakan. Sumur tua itu misalnya, sampai dua kali diuruk setelah November 1965. Kompleks markas Batalion 444 juga dibongkar dan kini hanya menyisakan gedung tua yang digunakan sebagai mes pegawai Kodim Boyolali.

Batalion 444 dikenal sebagai kesatuan tentara prokomonis. Salah satu komandan kompinya yakni Letkol Untung Syamsuri yang kemudian memimpin operasi penculikan sejumlah jenderal pada malam 30 September 1965.

Pencarian Ilham baru berbuah setelah dia dihubungi lembaga swadaya masyarakat lokal Boyolali. LSM itu menerima informasi dari sumber-sumber kredibel yang terlibat langsung dalam pembunuhan anggota PKI saat itu. Sumber-sumber di Boyolali membenarkan, lokasi itu tempat jasad DN Aidit ditimbun tanah.

Tak sampai 100 meter dari halaman yang disebut bekas sumur tua, ada lokasi lain yang disebut berkaitan dengan kematian Aidit. Di sanalah, konon, pucuk pimpinan PKI itu ditembak mati. Pekarangan itu bagian dari satu rumah berarsitektur tua yang sekarang menjadi gedung Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah.

"Jadi, setelah ditembak di sana, baru jenazahnya dimasukkan ke sumur sebelahnya," kata Ilham kepada Tempo.

Ketika akhirnya berdiri di samping pusara ayahnya pada 2003 lalu, Ilham mengaku tak kuasa menahan getaran hatinya. "Naluri saya mengatakan memang di sinilah tempatnya," katanya tercekat.

Ilham yang menyaksikan detik-detik DN Aidit dijemput 'tamu tak diundang' pada malam 30 September 1965 itu mengaku memendam keinginan untuk menguburkan jenazah ayahnya ke tempat yang lebih layak. "Tapi mungkin belum bisa sekarang," katanya pelan. "Kami harus bersabar."

4 dari 4 halaman

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:34AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2nermIn
via IFTTT
Share:

Masih Direhabilitasi, Jefri Nichol Berharap Bisa Dubbing Habibie dan Ainun 3

Liputan6.com, Jakarta Saat ini Jefri Nichol masih menjalani masa rehabilitasi di RSKO Cibubur, Jakarta Timur. Aktor berusia 20 tahun ini berharap bisa menjalani rehabilitasi rawat jalan. 

Keinginan Jefri Nichol tentu bukan tanpa alasan. Dengan rehabilitasi rawat jalan, pemain film Dear Natahan ini ingin bisa bekerja kembali.

"Pasti akan meringankan banget kalau rawat jalan. Karena pengin balik kerja, berkarya lagi," kata Jefri Nichol di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (30/9/2019).

Salah satu pekerjaan yang bakal dilakukan bila permohonannya dikabulkan adalah melakukan dubbing. Ia dijadwalkan dubbing untuk film terbarunya, Habibie & Ainun 3. 

"Ya doain semoga putusannya rawat jalan, saya siap dubbing. Mama bilang Hanung mau dubbing," tutur Jefri Nichol.

2 dari 2 halaman

Permohonan

Ibunda Jefri Nichol, Junita Eka Putri sempat mengatakan kepada anaknya bahwa Hanung Bramantyo sebagai sutradara sempat meminta permohonan dubbing ke pihak RSKO Cibubur.  

Sementara itu, sidang kasus narkoba Jefri Nichol kembali digelar pada Senin (30/9/2019) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sidang beragendakan mendengar kesaksian dari pihak RSKO dan BNNP DKI Jakarta. 

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:30AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2oNpvuD
via IFTTT
Share:

Hasil Lengkap Liga Inggris Pekan Ketujuh

Liputan6.com, Jakarta - Liga Inggris telah menyelesaikan pekan ketujuh. Sejumlah klub besar sukses meraih poin penuh pada pekan ini.

Liverpool masih menjadi pemuncak klasemen Liga Inggris. Mereka mengoleksi 21 poin dari tujuh laga.

Dalam laga terakhirnya Liverpool menang 1-0 atas Sheffield United. The Reds pun selalu meraih kemenangan dalam tujuh laga pembuka musim ini.

Pesaing terdekat Manchester City juga meraih kemenangan. Mereka mampu mencuri tiga poin dari markas Everton dengan skor 3-1.

Sementara klub papan atas lain yakni Chelsea dan Tottenham juga mampu meraih tiga angka. Masing-masing mengalahkan Brighton dan Southampton.

Berikut hasil Liga Inggris pekan ketujuh selengkapnya:

2 dari 3 halaman

Hasil Liga Inggris

Hasil Liga Inggris pekan ketujuh

Sheffield 0-1 Liverpool

Bournemouth 2-2 West Ham

Aston Villa 2-2 Burnley

Chelsea 2-0 Brighton & Hove Albion

Crystal Palace 2-0 Norwich

Tottenham 2-1 Southampton

Wolverhampton 2-0 Watford

Everton 1-3 Manchester City

Leicester 5-0 Newcastle

MU 1-1 Arsenal

3 dari 3 halaman

Klasemen Liga Inggris

Untuk klasemen lengkap Liga Inggris silakan klik link berikut ini...

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:30AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2mr5Obb
via IFTTT
Share:

Dolar AS Perkasa, Harga Emas Anjlok Hampir 2 Persen

Liputan6.com, Jakarta - Harga berbagai logam mulia pada perdagangan Senin (30/9) merosot tajam. Harga emas turun hampir 2 persen. Hal ini menunjukkan tren penurunan dalam satu bulan terakhir.

Merosotnya harga emas ini dipicu oleh semakin kuatnya Dolar AS akibat geopolitik AS yang dianggap mulai lancar.

Dikutip Liputan6.com dari laman CNBC, Selasa (1/10/2019), Harga emas merosot 1,8 persen menjadi USD 1,469.61 setelah dolar mencapai penguatan tertinggi. Ini sekaligus menjadikan Dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sebelumnya, harga emas sempat turun sekitar 2 persen ke level terendah sejak 6 Agustus di USD 1,465.90. Namun untuk kuartal ini, emas telah meningkat lebih dari 4 persen.

"Emas dan perak terus menurun terhadap dolar yang sedikit menguat dan lanskap geopolitik yang relatif lancar," kata analis INTL FCStone Edward Meir dalam sebuah catatan.

2 dari 3 halaman

Bursa Saham AS Menguat

Hal itu juga yang membebani harga emas. Saham di bursa AS menguat setelah Washington memberhentikan laporan dari Jumat, yang mengatakan pemerintah AS sedang mempertimbangkan penghapusan perusahaan-perusahaan Cina dari bursa saham AS.

Investor juga mengawasi kebijakan moneter Federal Reserve AS. Bank sentral memangkas suku bunga awal September untuk kedua kalinya tahun ini.

"The Fed mengatakan mereka akan sangat berhati-hati tentang menurunkan suku bunga, yang diambil sebagai konfirmasi bahwa ada sedikit potensi pertumbuhan sebelum khawatir tentang resesi. Jadi orang-orang mundur dari ketakutan yang mendorong mereka membeli emas dalam jangka pendek, "kata Christian Group CPM.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:30AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2n5M8Km
via IFTTT
Share:

【月間総括】躍進を見せる「ドラゴンクエストウォーク」とSwitch Lite - 4Gamer

【月間総括】躍進を見せる「ドラゴンクエストウォーク」とSwitch Lite  4Gamer
【月間総括】躍進を見せる「ドラゴンクエストウォーク」とSwitch Lite - 4Gamer
続きを読む
Share:

風船割られたら負け。ルンバファイト! レディー…ゴー! - ニコニコニュース

風船割られたら負け。ルンバファイト! レディー…ゴー!  ニコニコニュース
風船割られたら負け。ルンバファイト! レディー…ゴー! - ニコニコニュース
続きを読む
Share:

四角い板じゃつまらない!未来のスマホを考えて3Dモデルにしてみた【XRバナー】 - Engadget 日本版

四角い板じゃつまらない!未来のスマホを考えて3Dモデルにしてみた【XRバナー】  Engadget 日本版
四角い板じゃつまらない!未来のスマホを考えて3Dモデルにしてみた【XRバナー】 - Engadget 日本版
続きを読む
Share:

Ada Pelantikan dan Antisipasi Demo, Cek Rekayasa Lalu Lintas Sekitar Gedung DPR/MPR

Liputan6.com, Jakarta - Ditlantas Polda Metro Jaya melakukan rekayasa lalu lintas untuk pengamanan pelantikan anggota DPR dan antisipasi demonstrasi susulan.

Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Made Agus menyampaikan, penutupan dilakukan untuk Jalan Gatot Subroto yang berada persis di depan Gedung DPR MPR mulai pukul 06.00 WIB pagi ini.

"Ditutup mulai pukul 06.00 WIB," tutur Agus dalam keterangannya, Senin (30/9/2019).

Menurut Agus, hanya tamu dan peserta pelantikan saja yang diperkenankan menggunakan akses jalan yang ditutup itu. Sementara rekayasa lalu lintas lainnya menunggu kondisi terkini di lapangan.

"Sifatnya situasional," jelas Agus.

Sebanyak 1.495 personel disiagakan untuk mengatur arus lalu lintas di kawasan DPR MPR. Termasuk di antaranya mengawal rombongan VVIP dan pejabat yang rencananya mengunjungi wilayah Lubang Buaya, sebelum pelantikan.

2 dari 2 halaman

Rekayasa Lalin

Rekayasa lalu lintas di sekitar Gedung DPR MPR adalah sebagai berikut:

1. Lalu lintas dari Jalan Gatot Subroto ke arah DPR dibelokkan ke kiri, ke Jalan Gerbang Pemuda.

2. Lalu lintas dari Tol Dalam Kota yang akan keluar di lajur Pulau Dua, diluruskan hingga ke Tol Tomang.

3. Lalu lintas dari Jalan Gatot Subroto ke arah Jalan Gerbang Pemuda, diluruskan menuju Semanggi.

4. Lalu lintas dari Jalan Gelora menuju ke Jalan Gerbang Pemuda, diluruskan ke Jalan Asia Afrika.

5. Lalu lintas dari Jalan Asia Afrika menuju ke Gerbang Pemuda, diluruskan ke Jalan Gelora.

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:17AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2oNspQ9
via IFTTT
Share:

Liga Italia Jadi Panggung Baru Franck Ribery

Florence - Franck Ribery memutuskan melanjutkan kariernya di Liga Italia Serie A bersama Fiorentina. Di usia 36 tahun, banyak yang mengira kalau gelandang asal Prancis itu hanya akan bersenang-senang hingga kariernya berakhir.

Namun, bukan hal tersebut yang terlihat ketika Franck Ribery tampil membela Fiorentina pada laga melawan AC Milan. Ribery menunjukkan kelasnya sebagai bintang dunia.

Ia memberi inspirasi terhadap permainan Fiorentina. Bukan hanya suporter Fiorentina yang terangah dengan penampilan Fiorentina, tetapi juga suporter AC Milan.

Tidak heran, Ribery mendapat sambutan luar biasa ketika pertandingan berakhir. Ribery membuktikan kalau Serie A bukanlah tempat untuk pemain bintang yang berada di pengujung karier.

Franck Ribery membuktikan kalau Serie A adalah kompetisi yang masih memberikan kesempatan kepada para pemain yang dianggap sudah habis. Setidaknya, Ribery bisa membuktikan kalau ia mendapatkan tempat untuk membuktikan kemampuannya belum habis.

Bersinar Bersama Cristiano Ronaldo

Fiorentina - Franck Ribery
Pemain Fiorentina, Franck Ribery. (dok. Fiorentina)

Kehadiran Franck Ribery bersama Cristiano Ronaldo membuat Serie A kembali disebut sebagai satu di antara kompetisi terbaik di dunia. Ribery dan Ronaldo berhasil menggabungkan aspek kualitas dan pengalaman menjadi performa yang memikat.

Ribery bisa dianggap sebagai duta dari Serie A. Saat Bayern Munchen tak lagi percaya dengan kemampuan Ribery, ia membuktikan kalau dirinya masih bisa bersaing dengan para pemain.

Ribery tak tergiur dengan tawaran uang berlimpah dari Timur Tengah, China dan Amerika Serikat. Baginya, menemukan tantangan adalah hal yang lebih penting bagi pesepak bola.

Mungkin, itu juga yang dirasakan Cristiano Ronaldo ketika memutuskan untuk pindah ke Juventus saat banyak yang meyakini kalau kariernya akan segera berakhir.

Disadur Bola.com (Penulis Aditya Wicaksono / Editor Yus Mei Sawitri, Published 30/09/2019)

Lanjutkan Membaca ↓

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:15AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2oEkrZg
via IFTTT
Share:

Mengenal Sape', Alat Musik Khas Dayak yang Dimainkan Atiqah Hasiolan

Liputan6.com, Jakarta - Selain menjalankan aktivitasnya sebagai seorang publik figur dan ibu, Atiqah Hasiolan juga tetap menjalankan beberapa hobinya. Salah satu yang terbaru adalah bermain alat musik.

Bukan alat musik modern seperti piano, biola atau gitar yang dimainkannya, melainkan alat musik tradisional Indonesia. Pada 22 September 2019, istri Rio Dewanto ini mengunggah video dirinya sedang bermain sape'.

Sape' adalah alat musik khas Suku Dayak. Persebaran alat musik ini ada di Pulau Kalimantan hingga Malaysia. Dari video berdurasi 20 detik yang diunggah, dia menuliskan keterangan "am a proud beginner" yang berarti "aku seorang pemula yang bangga".

Diketahui, Atiqah belajar memainkan alat musik yang terbuat dari kayu ini karena sedang berlibur bersama anaknya, Salma, ke Sarawak, Malaysia. Terlihat dia duduk di lantai sambil menyilangkan kaki dan sudah cukup piawai dalam memetik senar yang ada.

Aksinya ini menuai pujian dari warganet dan beberapa selebriti Indonesia. Atiqah dianggap mengenalkan dan melestarikan budaya Indonesia. Beberapa musisi yang turut memujinya adalah Audy Item dan Ariyo Wahab, mereka menuliskan komentar "keren" pada unggahan tersebut.

Dalam salah satu komentar warganet, Atiqah juga membalas dengan mengatakan bahwa dia jatuh cinta dengan alat musik ini.

2 dari 3 halaman

Sape’, Alat Musik Penyentuh Hati

Konon katanya, sape’ diciptakan oleh seorang pemuda yang selamat dari kecelakaan sampan yang karam dan dia terdampar di sebuah pulau di tengah sungai. Di tengah kesendiriannya, dia tiba-tiba mendengar suara musik yang disinyalir berasal dari dasar sungai. Merasa mendapat ilham dari nenek moyang, pemuda ini mencoba membuat alat musik dengan bunyi yang sama seperti yang dia dengar saat sudah pulang.

Melansir dari Portal Informasi Indonesia, kata sape’ sendiri berasal dari bahasa lokal yang memiliki arti “memetik dengan jari”. Sape' terbuat dari kayu pilihan seperti meranti dan kayu keras lainnya agar lebih tahan lama. Sesuai dengan mitologinya, bentuk sape' juga menyerupai sampan. Biasanya, sape' akan diberi ukiran motif Dayak seperti taring atau kepala burung.

Alat musik ini dimainkan oleh masyarakat Dayak untuk menyatakan perasaan, baik senang maupun sedih. Dikatakan pada zaman dahulu, lantunan musik yang riang dimainkan pada siang hari, sedangkan lantunan musik yang syahdu dimainkan pada malam hari. Dentingan yang indah dari sape’ juga digunakan untuk mengiringi tarian Dayak atau upacara adat.

Pada Dayak Kenyah dan Dayak Kenyaan, terdapat sastra lisan turunan bernama 'Tekuak Lawe'. Sastra tersebut berbunyi "sape benutah tulaang to’awah" yang makna filosofisnya berarti sape’ mampu meremukkan tulang-tulang hantu yang gentayangan. Ungkapan ini ingin menandakan bahwa dentingan suara sape’ dapat membuat menyentuh perasaan hingga membuat orang yang mendengarnya merinding.

Cara memainkan sape’ tak jauh berbeda dengan gitar, yakni dengan dipetik. Bedanya, tidak ada lubang seperti di gitar dan kunci notasi juga jelas berbeda. Terdapat dua jenis sape' yang cukup awam ditemui, yakni sape' dari Dayak Kayaan yang memiliki dua senar. Panjang Sape' Kayaan ini mencapai satu meter dan badannya lebar.

Jenis lainnya adalah Sape' Dayak Kenyah. Ukuran sape' jenis ini lebih besar yakni panjangnya mencapai 1,5 meter dengan badan yang kecil memanjang. Jumlah senarnya juga lebih banyak yaitu tiga hingga lima senar.

Dulunya, senar pada sape' berasal dari serat pohon enau. Tapi, seiring perkembangan zaman, sudah diganti dengan kawat kecil. Kini, sape' juga kerap dimainkan bersama-sama dengan alat musik modern. (Novi Thedora)

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:03AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2oH2IQY
via IFTTT
Share:

Electric Footstep Permudah Akses SUV, Berapa Harganya?

Liputan6.com, Jakarta - Mobil bermodel SUV memiliki kelebihan tampilan gagah dengan ground clearance tinggi. Namun, akses masuk ke SUV tergolong sulit bagi sebagian orang.

Untuk mempermudah akses, Anda bisa melirik aksesori electric footstep. Aksesori ini akan mempermudah akses masuk ke dalam SUV seperti Mitsubishi Pajero Sport, Toyota Fortuner, atau Nissan Terra.

Electric footstep
Electric footstep (Amal/Liputan6.com)

Saat pintu tertutup, electric footstep akan menutup, begitu pintu terbuka maka electric footstep akan ikut terbuka.

Erik Jeo, Operational Manager PT Kramat motor, mengatakan, " Untuk pemasangannya tidak mengubah dudukan aslinya. Footstep bawaannya dilepas, lalu electric footstep ini menggunakan dudukan aslinya."

Untuk harganya, electric footstep ini dibanderol Rp7,5 juta.

Beban Maksimum

Electric footstep
Electric footstep (Amal/Liputan6.com)

Elecric footstep ini terbuat dari material diecast alumunium alloy dengan beban maksimal 300 kg. PT Kramat Motor mengklaim modelnya pun dapat dikustomisasi sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk Mitsubishi Pajero Sport, Toyota Fortuner, Toyota Innova terbaru, dan Nissan Terra tidak perlu mengubah braket. " Tidak perlu ada drilling (proses bor) sama sekali," pungkas Erik.

Lanjutkan Membaca ↓

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:03AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2ngqrqL
via IFTTT
Share:

Kisah Sukitman Lolos dari Eksekusi Mati di Lubang Buaya

Liputan6.com, Jakarta - Sukitman, tampak terjaga pada 30 September 2019 malam. Anggota polisi berpangkat Agen Polisi Dua itu tengah menjalankan tugasnya, menjaga markas Seksi Vm Kebayoran Baru, Wisma AURI di Jalan Iskandarsyah, Jakarta.

Bersama Sutarso, rekannya di kepolisian, Sukitman bersiaga melewati malam. Tak terasa, Sukitman telah melewati hari. 1 Oktober 1965 sekira pukul 03.00 WIB, Sukitman terkejut.

Ternyata, ia mendengar suara rentetan tembakan. Suaranya terdengar tak jauh dari pos jaga.

Sukitman yang penasaran langsung mengayuhkan sepedanya. Mencari sumber suara letupan senjata. Dipikirannya ketika itu, terjadi perampokan di salah satu rumah warga.

"Waktu itu polisi naik sepeda. Sedangkan untuk melakukan patroli, kadang-kadang kami cukup dengan berjalan kaki saja, karena radius yang harus dikuasai adalah sekitar 200 m," kata Sukitman seperti dikutip dari berbagai sumber.

Tak disangka, suara tembakan ternyata berasal dari rumah seorang Jenderal TNI Angkatan Darat, yaitu D.I Panjaitan. Dari cerita Sukitman, di rumah yang terletak di Jalan Sultan Hasanudin itu sudah ramai diduduki pasukan.

Belum sempat mendekat, Sukitman sudah diteriaki oleh seorang tentara. Tanpa banyak cakap, tentara berseragam loreng dan berbaret merah itu mencegat Sukitman.

Sukitman langsung ditodong senjata. "Turun! Lempar senjata dan angkat tangan!" perintah tentara tersebut.

Sukitman pasrah. Dia menurut perintah si tentara. Dengan diancam senjata kiri-kanan, Sukitman langsung diseret dan dilemparkan ke dalam truk.

Tangan dan kakinya juga diikat. Matanya ditutup kain. Namun, indera perasanya tetap bekerja. Sukitman merasa ditempatkan di samping sopir truk.

"Tapi saya tetap masih belum bisa menduga apa yang terjadi," katanya.

Hanya dengan mengandalkan daya ingat, Sukitman berupaya mencari tahu ke mana dirinya akan dibawa. Sukitman berusaha mengingat jalan yang dilaluinya.

Namun, begitu dari Cawang belok ke kanan, Sukitman mulai kehilangan orientasi, dirinya hanya bisa pasrah dan berdoa. "Pokoknya, saya pasrah kepada Tuhan sambil berdoa," katanya.

2 dari 4 halaman

Jadi Tawanan

Truk pembawa Sukitman akhirnya berhenti. Dia dipaksa turun oleh si tentara. Penutup matanya langsung dibuka. Di sebuah ruangan terang dipakirkan.

"Tentu saja saya jalangjang-jalongjong, karena dari keadaan gelap saya langsung dihadapkan kepada terang," tutur Soekitman.

Pada saat itu, Sukitman mendengar orang bicara "Yani wes dipateni (Yani sudah dibunuh)". Seorang tentara kemudian menghampirinya. Tahu sanderanya seorang polisi, Sukitman kemudian diseret ke dalam tenda.

Tentara tersebut kemudian lapor kepada atasannya, "Pengawal Jenderal Panjaitan ditawan". Sukitman menuturkan, kala itu keadaan remang-remang. Seluruh sudut ruangan tak lepas dari pengamatan Sukitman.

Ada orang yang terlentang dengan banyak darah, ada juga yang duduk di kursi dengan bersimbah darah segar. Seseorang bernama Lettu Dul Arief memerintah tentara yang melapor tadi agar Sukitman ditawan di depan rumah.

Saat hari sudah terang, dari jarak sekitar 10 meter, Sukitman bisa melihat sekelompok orang yang mengerumuni sebuah sumur sambil berteriak, "Ganyang kabir, ganyang kabir!". Tubuh-tubuh manusia kemudian dimasukkan ke dalam sumur tersebut, disusul berondongan peluru dari senjata laras panjang.

Sukitman ketakutan. Ia sempat berpikir setelah ini mungkin dia korban selanjutnya. Ia melihat seorang tawanan yang masih hidup dengan pangkat bintang dua di pundaknya mampir sejenak ke tempatnya ditawan.

"Setelah tutup matanya dibuka dan ikatannya dibebaskan, di bawah todongan senjata, sandera itu dipaksa untuk menandatangani sesuatu. Tapi kelihatannya ia menolak dan memberontak. Orang itu diikat kembali, matanya ditutup lagi, dan diseret dan langsung dilemparkan ke dalam sumur dalam posisi kepala di bawah," ucapnya.

Usai mengeksekusi, para tentara sadis mengangkuti sampah, menutupi sumur tempat memendam para korbannya. Di atas sumur kemudian ditancapkan pohon pisang. Diharapkan dengan cara begitu perbuatan kejam mereka sulit dilacak.

"Setiap habis memberondongkan pelurunya, jika akan membersihkan senjatanya, para pembunuh yang menamakan dirinya sukarelawan dan sukarelawati itu pasti melewati tempat saya ditawan," lanjutnya.

Sukitman bisa melihat jelas siapa saja yang terlibat di peristiwa yang meminta korban nyawa 7 Pahlawan Revolusi. Ia juga sempat melihat Letkol Untung, yang memimpin kejadian kelam dalam sejarah militer di Indonesia.

Salah satu anggota Cakrabirawa menghampiri Soekitman yang masih ketakutan.

"Kamu tidak usah takut. Kita sama-sama prajurit. Beli kaus singlet pun kita tidak bisa. Sementara para jenderal yang menamakan diri Dewan Jenderal, jam dinding di rumahnya saja terbuat dari emas dan mereka akan membunuh Presiden pada tanggal 5 Oktober. Kamu 'kan tahu Tjakrabirawa tugasnya adalah sebagai pengawal dan penjaga Presiden," kata Sukitman mengulangi apa yang diucapkan si anggota Tjakrabirawa tersebut.

Sekitar satu-dua jam kemudian terdengar siaran radio yang mengumumkan siapa yang mendukung G30S akan dinaikkan pangkatnya. Satu tingkat untuk prajurit, sementara yang aktif akan memperoleh kenaikan dua tingkat. Mereka yang merasa terlibat kemudian bersalam-salaman, karena merasa gerakan mereka sukses.

Saat suasana lebih tenang, Sukitman kemudian dipanggil oleh Lettu Dul Arief yang menanyakan di mana senjata milik Sukitman. Sukitman kemudian menceritakan apa yang terjadi ketika ia berada di daerah Kebayoran. Akhirnya senjata tersebut bisa ditemukan dalam keadaan patah.

Merasa Sukitman bukan musuh tapi teman senasib, pada Jumat sore itu Sukitman diajak menuju Halim bersama iring-iringan pasukan.

Sesampainya di Gedung Penas, pasukan diturunkan di lapangan, sementara Sukitman masih bersama Dul Arief. Pada malam harinya orang yang mengawasi tawanan malah mengajak Sukitman untuk mengambil nasi.

Sukitman lantas menanyakan ke mana dirinya akan di bawa. "Ke Lubang Buaya, tempat para jenderal dibunuh," jawab Kopral Iskak.

"Pada waktu itulah saya baru tahu bahwa yang dikatakan 'Ganyang kabir, ganyang kabir!' itu para jenderal," ungkap Soekitman.

Selesai mengambil nasi, mereka segera kembali ke Gedung Penas untuk membagikan kepada para pasukan.

"Ketika kembali menuju Gedung Penas itu saya sempat turun untuk membeli rokok. Saya pikir mendingan saya terus pulang saja," kata Sukitman.

Namun niatan tersebut dilarang oleh Kopral Iskak yang menjadi sopir, dengan alasan dirinya juga pulang ke Tanah Abang. Ternyata Iskak adalah sopir Letkol Untung.

3 dari 4 halaman

Mencari Lubang Eksekusi

Sukitman akhirnya tertidur dan baru bangun esok harinya. Ketika itu, pasukan semakin banyak dan sudah berganti pakaian.

"Tapi kesempatan untuk melarikan diri sama sekali tidak mungkin."

Karena merasa pusing, Sukitman kemudian masuk ke kolong truk dan berbaring, ia menggunakan helm sebagai ganjal kepala, senjatanya yang patah ia simpan di dekatnya. Kepalanya ia ikat dengan menggunakan scraft yang sebelumnya digunakan oleh para pemberontak. Ia kemudian benar-benar tertidur pulas.

"Meskipun saya mendengar bunyi tembakan gencar, entah mengapa mata saya tidak mau diajak kompromi untuk melek," katanya.

Sore harinya saat ia terbangun, dia mendapati dirinya hanya sendirian. Semua anggota pasukan tidak kelihatan satupun, truk juga masih berjejer. Keadaan yang lengang dirasa sebagai keuntungan untuk Sukitman untuk bisa pergi.

Tiba-tiba datang pasukan tentara yang kemudian diketahui mencari jejak anggota yang terlibat G30S/PKI.

Pasukan itu mengenakan tanda pita putih. "Prinsip saya, kalau pakai pita putih itu PMI. Jadi tidak mungkin menangkap tawanan dan dibunuh," tutur Sukitman.

Karena tidak ada siapa-siapa lagi, Sukitman pun diperiksa. "Tanpa banyak tanya saya segera diberi pita putih dan langsung dibawa ke markas Tjakrabirawa yang terletak di belakang Istana Negara, yang sekarang menjadi Gedung Binagraha," kata Sukitman.

Sukitman menceritakan tentang apa yang dialaminya. Setelah selesai, hal itu disebarkan ke berbagai pihak yang dianggap perlu mengetahuinya.

Minggu pagi, Sukitman dijemput dan dihadapkan kepada Pangdam V Jaya yang waktu itu dijabat oleh Mayjen Umar Wirahadikusumah. Sukitman kemudian dibawa oleh Mayor Mubardi, ajudan Jenderal Ahmad Yani ke Jalan Lembang, Jalan Saharjo, dan ke Cijantung. Di sana Sukitman menghadap Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

Sukitman diminta menunjukkan lokasi pembantaian. Dia dikawal pasukan RPKAD.

"Dari Pasar Hek kami harus jalan kaki dan langsung menyebar," kenangnya.

Sampai di lokasi, pasukan pemberontak masih banyak yang berkeliaran. Mereka diberi ultimatum, jika tidak menyerah akan segera ditembak. Akhirnya RPKAD dapat menguasai keadaan dan bisa menemukan sumur yang digunakan untuk menyembunyikan jenazah para Pahlawan Revolusi itu.

Sejak hari Minggu, pukul 22.00, Sukitman sudah berada di bawah pengawasan Sarwo Edhie. Dirinya dilarang untuk berbicara apa pun kepada orang lain.

"Karena kelelahan saya tertidur dan tidak tahu dibawa ke mana. Tahu-tahu saya sudah sampai di Jalan Merdeka Timur, melapor, dan menghadap Panglima Kostrad Mayjen Soeharto. Kemudian saya dibawa kembali ke Cijantung," kenang Soekitman.

Pada hari Senin, jenazah para Pahlawan Revolusi berhasil diangkat dari sumur dan segera dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.

Pada hari Rabu, Sukitman baru dipulangkan. Rekan Sukitman, Sutarso berasa mimpi melihat temannya kembali tanpa kurang suatu apa pun.

4 dari 4 halaman

Saksikan video pilihan berikut ini:

Let's block ads! (Why?)



October 01, 2019 at 07:02AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2ngqanJ
via IFTTT
Share: