Liputan6.com, Jakarta - Microsoft berhasil memenangkan kontrak layanan cloud computing Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) senilai USD 10 miliar atau berkisar Rp 140 triliun. Perusahaan mengalahkan Amazon sebagai rival terkuat.
Dikutip dari The Guardian, Minggu (27/10/2019), kontrak cloud bernama Joint Enterprise Defence Infrastructure tersebut merupakan bagian dari modernisasi digital Pentagon agar lebih tangkas secara teknologi.
Proses pemilihan pemenang kontrak ini berlangsung di tengah konflik kepentingan, bahkan menarik perhatian Presiden AS, Donald Trump. Ia secara terbuka mengkritik Amazon dan pendirinya, Jeff Bezos.
Oracle Corp juga menyatakan keprihatianannya tentang proses pemberian kontrak. Perusahaan menyinggung soal peran mantan karyawan Amazon yang bekerja pada projek tersebut di Departemen Pertahanan, tapi kemudian mengundurkan diri. Setelah meninggalkan Pentagon, ia kembali bekerja di Amazon Web Services.
Sejumlah perusahaan lain juga khawatir jika hanya ada pemenang tunggal, maka pemenang akan mendapatkan keuntungan dalam pekerjaan lanjutan.
Pentagon sendiri mengatakan, berencana untuk memberikan penawaran kontrak cloud di masa depan kepada banyak kontraktor.
Respons Pentagon dan Amazon
Pentagon pun menegaskan kompetisi berlangsung secara adil dan sesuai peraturan.
"Semua penawaran diperlakukan secara adil dan dievaluasi secara konsisten. Sebelum diputuskan, departemen telah berunding dengan inspektur jenderal (Departemen Pertahanan), yang menginformasikan keputusan untuk melanjutkan," ungkap pihak Pentagon.
Juru bicara Amazon Web Services mengaku terkejut dengan hasil pemenang. Anak usaha Amazon.com, Inc. tersebut mengatakan, penilaian terperinci murni pada penawaran komparatif, akan jelas mengarah pada hasil yang berbeda.
(Din/Isk)
October 28, 2019 at 08:00AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/34bvWXx
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment