Friday, October 11, 2019

Mengenang Sosok JK, Orisinal, Spontan dan Tak Berpura-pura

Liputan6.com, Jakarta - Jusuf Kalla (JK) menjadi satu-satunya Wakil Presiden yang pernah menjabat untuk dua presiden yang berbeda. Para periode 2004-2009, JK mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terpilih menjadi Presiden ke-6 RI. 

Selanjutnya pada periode 2014-2019, mendampingi Joko Widodo sebagai Presiden ke-7 RI. Jejak-jejak perdamaian yang disemai politikus dari Partai Golkar ini juga telah meneguhkan ketentraman bagi hati jutaan orang. Tidak saja di dalam, tetapi juga di luar negeri.

"Ssat-set-sat-set" orang bilang. Kata-kata tak berbentuk, tapi sarat makna: Cekatan, cepat-selamat, efektif, efisien dan semua idiom positif terkait kemampuannya mengatasi persoalan.

Apa pun persoalannya, mulai dari soal-soal di lingkungan kecil, persoalan daerah, persoalan bangsa, sampai ke persoalan dunia.

Maka tak heran begitu banyak orang yang merasa berutang terima kasih kepada JK. Sekalipun, Wapres asal Bone Sulawesi Selatan itu bukan tipikal manusia yang menuntut terima kasih dari siapa pun yang pernah merasakan kehadiran dan kemanfaatannya.

Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Jusuf Kalla disampaikan dari salah seorang penerbang pesawat tempur yang mengawal pesawat Indonesia-2 sepulang dari perjalanan ke luar negeri.

Dari kokpit pesawat tempurnya, penerbang ini melakukan dialog angkasa dengan Wapres JK melalui komunikasi udara yang disebut external communication. Dialog dilakukan dengan sistem Ultra High Frequency.

Sekadar diketahui, sistem komunikasi Very High Frequency (VHF) maupun Ultra High Frequeny merupakan static frequency dan digunakan untuk jarak dekat (batas horizon/line of sight). Jarak jangkauannya tidak lebih dari 1,2 kali akar ketinggian pesawat.

Sinyal VHF memancar lurus menembus lapisan ionosphere atau dalam kata lain tidak dipantulkan. Begini percakapan Letkol Penerbang Agus "Wolverine" Dwi, Alumni Akabri Udara 2002 dengan dengan Wapres Jusuf Kalla.

Awalnya penerbang tempur Agus "Wolverine" Dwi menyapa dan berbicara dari ruang kokpit.

"Assamaulaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Yang terhormat Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia beserta rombongan. Kami dari Unit Flight 3 F-16 Fighting Falcon dengan bangga mengawal penerbangan Indonesia-2. Atas nama keluarga besar Lanud Iswahyudi kami menghaturkan ucapan terima kasih atas kepemimpinan bapak selama menjadi Wapres RI. Semoga senantiasa dikaruniai kesehatan dan keselamatan. Amin."

Tak lama kemudian, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun menjawab komunikasi udara itu dari dalam Pesawat Kepresidenan. Dengan nada agak santai dan aura kebapakan, JK berkata:

"Ya, saya Jusuf Kalla di sini, Wakil Presiden. Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan juga tentu pengabdian Anda. Dan hari ini saya berbangga dikawal oleh Anda semua. Dan saya yakin kekuatan negara kita terjaga dengan baik oleh Anda semua. Terima kasih atas pengawalannya," balas JK. 

Video pengawalan JK dengan pesawat tempur itu kemudian viral di sosial media. Sejumlah netizan berkomentar dan merasa terharu sekaligus bangga seusai menyimak video tersebut.

2 dari 4 halaman

Kenang Mantan Sestama BNPB

Lain halnya kenangan Dody Ruswandi kepada Wapres JK. Mantan Kepala Dinas PU Provinsi Sumatera Barat yang memungkasi karier ASN sebagai Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu tak pernah melupakan peristiwa pembangunan jalan ruas Sicincin – Malalak di Sumatera Barat tahun 2006.

Saat peristiwa itu terjadi, Jusuf Kalla adalah Wapres yang mendampingi Presiden SBY. Sedangkan, Dody Ruswandi menjabat Kepala Dinas PU Provinsi Sumbar.

Sebagai Kepala PU dan atas kebutuhan masyarakat yang mendesak, dia berkeinginan membangun jalan Sicincin (Padang Pariaman) – Malalak (Agam), sepanjang sekitar 25 kilometer.

Dody pun mencari akal, hingga akhirnya bertemu dengan Syahrul Ujud, yang saat itu menjabat Staf Khusus Wapres RI. Ide menyembul dari benak Syahrul untuk mendatangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat launching pembangunan jalan Sicincin – Malalak.

Jadwal pun diatur sedemikian rupa, sehingga Wapres mengagendakan kunjungan ke acara launching pembangunan jalan itu.

Sesaat sebelum seremoni dimulai, Wapres sempat bertanya kepada Gubernur Sumatera Barat –ketika itu-- Gamawan Fauzi.

"Dari mana anggaran pembangunan jalan ini?," tanya Jokowi.

Gamawan dan Dody kala itu saling menoleh, lalu serentak mengatakan,"Justru dananya belum ada, Pak Wapres," ucap keduanya. 

Wapres JK tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya saat mendengar jawaban itu.

Belum habis rasa kagetnya, Syahrul Ujud, mantan jaksa yang juga mantan Wali Kota Padang untuk periode 1983-1993 mendekat ke arah JK dan berbisik. Apa yang ia bisikan?

"Mohon ketika Bapak Wapres berpidato nanti, perintahkan Dirjen Bina Marga untuk mencarikan dananya," begitu bisikan Syahrul ke telinga JK.

Benar, setelah membacakan teks formal pidato, sampailah pada momentum yang dia rasa pas untuk dijadikan jeda. Dan jeda di antara pidato itulah yang dimanfaatkan untuk melaksanakan bisikan Syahrul.

JK pun mengarahkan pandangan ke tempat Dirjen Bina Marga duduk. Setelah itu, dia perintahkan Dirjen Bina Marga Hendrianto Notosoegondo untuk mencarikan dana pembangunan ruas jalan Sicincin – Malalak sebesar Rp 350 miliar.

Dengan gayanya yang khas, JK berbicara terus-terang, dengan tanpa menghilangkan sense of humor. Sambil bercanda, JK pun mengancam akan mengganti Dirjen Bina Marga kalau tidak bisa mencarikan dana bagi pembangunan jalan Sicincin – Malalak.

Dari tempat duduknya, sambil tertawa, Dirjen Hendrianto Notosoegondo mengucap, "Siap, pak!".

Sepulang dari Jakarta, Dirjen Hendrianto pontang-panting mencarikan dan mengalokasikan dana pembangunan jalan Sicincin – Malalak sebesar Rp 350 miliar. Tahun 2011 Jalan Sicincin-Malalak sudah selesai, mulus, dan sudah dipakai masyarakat sampai sekarang. Perjalanan masyarakat dari Padang ke Bukittinggi atau sebaliknya, menjadi lebih lancar. Jika dulu harus ditempuh memutar, kini cukup ditempuh dalam waktu 30 menit saja.

"Jalan Sicincin – Malalak tidak akan terwujud tanpa bantuan Bapak Jusuf Kalla. Sungguh, sudah begitu banyak yang Pak JK perbuat untuk negeri ini. Semoga beliau tetap sehat dan berbahagia bersama istri, anak, menantu, cucu. Saya senantiasa berdoa, beliau dalam lindungan Allah SWT. Tak lupa, terima kasih juga kepada abang Syahrul Ujud," ujar Dody Ruswandi yang sampai kini tetap mengabdikan dirinya sebagai Widyaswara di BNPB di bawah komando Letjen Doni Monardo.

3 dari 4 halaman

Wartawan Senior

Lain lagi cerita Egy Massadiah. Wartawan senior dan penulis ini sudah lima kali mendampingi JK saat memimpin delegasi Indonesia mengikuti Sidang Umum PBB (2015-2019).

Egy sangat terkesan dengan kebersahajaan JK. Selama dua minggu di New York, markas PBB, Jusuf Kalla sangat santai bahkan banyak menanggalkan tata protokoler.

Misalnya, untuk menuju markas PBB, JK mengajak seluruh anggota delegasi untuk berjalan kaki dari hotel tempat menginap. Kebetulan, jaraknya pun tidak terlalu jauh. Lebih praktis, hemat waktu, dan menyehatkan dengan berjalan kaki.

Bukan hanya itu. JK juga sangat perhatian. Dua selalu mengabsen rombongan ketika jam makan tiba. Baik saat makan bersama di kantin PBB maupun saat makan di kafe atau restoran dekat hotel tempat menginap.

"Istilahnya Pak JK itu tak pernah bertanya apakah kamu sudah makan, tapi langsung dengan kalimat ajakan mari kita makan," ungkap Egy yang juga wartawan senior.

"Banyak sekali kesan saya dengan Pak JK, beliau itu original, spontan dan tak berpura pura,” tambah Egy Massadiah yang kini menjabat Tenaga Ahli Kepala BNPB.

4 dari 4 halaman

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Let's block ads! (Why?)



October 12, 2019 at 07:05AM from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2IK00kR
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment