Sunday, December 30, 2018

Indonesia hingga Jepang, Ini 8 Gempa Bumi Paling Mematikan di Asia

3. Gempa Tangshan 1976, China

Sebagian besar penduduk Tangshan tengah tertidur lelap ketika bangunan di sekitar mereka runtuh pada 28 Juli 1976 pukul 03.43 dini hari. Kota industri di timur laut Provinsi Hebei China itu dilanda gempa bermagnitudo 7,6 yang menghancurkan lebih dari sepertiga dari seluruh penduduknya.

Korban tewas resmi diperkirakan sekitar 242.000, meskipun dengan beberapa perkiraan kematian mungkin mencapai 655.000, menurut Survei Geologi A.S.

Jalur kereta api, jembatan, dan jalan raya tidak bisa dilewati, dan para penyintas terjebak di bawah tumpukan batu bata yang menunggu untuk diselamatkan.

Sekitar 80% bangunan di seluruh kota rata atau rusak parah; tingkat kerusakan sebagian besar disebabkan oleh ketidaksiapan Tangshan untuk bencana meskipun dibangun langsung di atas garis patahan aktif yang diketahui.

Gempa Tangshan adalah subjek novel 2006 karya Zhang Ling yang diberi tajuk Aftershock, yang kemudian diadaptasi ke layar perak oleh sutradara Feng Xiaogang. Narasi film nya direvisi mengikuti kehidupan tokoh utama beberapa dekade kemudian, ketika gempa dahsyat lain menghantam Provinsi Sichuan di China tengah.

4. Gempa Gujarat 2001, India

Gujarat sebenarnya sudah beberapa kali diguncang lindu sebelumnya, tetapi yang terjadi tahun 1819 dan 1956 tak begitu kuat jika dibandingkan dengan guncangan magnitudo 7,6 yang pada 26 Januari 2001. Setidaknya 20.000 orang diyakini telah tewas, dan ratusan ribu bangunan hancur dalam gempa terkuat yang menghantam negara bagian paling barat India dalam kurun waktu hampir seabad.

Distrik Bhuj yang paling parah terkena dampaknya, sekitar 12 mil dari pusat gempa. Desa-desa di sekitarnya yang berdekatan dilaporkan benar-benar rata, dan beberapa percaya angka kematian lebih tinggi dari perkiraan resmi karena itu karena banyak penduduk desa miskin yang tak secara resmi diakui oleh pemerintah; tidak ada akta kelahiran, tidak ada kartu identitas.

5. Gempa Bumi dan Tsunami Samudra Hindia 2004, Sumatra, Indonesia

19 mil di bawah permukaan laut pada awal 26 Desember 2004, gempa bumi bermagnitudo 9,1 mengguncang laut di dekat pantai Sumatra, di bagian barat laut kepulauan Indonesia. Tsunami kemudian menghantam garis pantai sejauh Afrika Selatan, sekitar 5.300 mil jauhnya.

Nelayan yang mengangkut perahu mereka di perairan dekat Indonesia, Thailand, Malaysia, Sri Lanka, dan di tempat lain melihat gelombang pasang tersedot ke laut. Tidak lama kemudian, ombak setinggi 100 kaki datang ke arah garis pantai, mengubah kota menjadi rawa-rawa penuh dengan jasad manusia dan puing-puing yang basah kuyup.

Lebih dari 227.000 orang dinyatakan tewas atau hilang dalam tragedi yang menimpa 14 negara di dua benua.

Satu minggu setelah tsunami melanda, ketika orang-orang yang selamat di pantai memeriksa puing-puing, seorang nelayan bernama Bustami dari desa Bosun di Sumatra menggambarkan peristiwa itu kepada TIME:

"Tidak ada tsunami lain dalam sejarah yang tercatat yang mematikan, dengan korban dari seluruh dunia termasuk di antara korban. Ombak menghancurkan desa, kota, tempat liburan mewah, sekolah, dan rumah sakit. Para korban bertahan berpegangan pada pohon-pohon palem ketika air menyapu melewati kaca, bagian-bagian mobil dan jasad manusia," katanya.

"Ketika air melambat dan surut, para penyintas dan penyelamat berjalan dengan susah payah melewati reruntuhan yang tergenang air. kadang-kadang mereka berdiri di atas jasad manusia. Hutan bakau, terumbu karang, dan kehidupan laut hancur, meninggalkan tanda abadi pada lingkungan dan ekonomi regional."

 Pemerintah di seluruh dunia mengumpulkan sekitar $ 14 miliar untuk membantu daerah yang terkena dampak. Garis pantai kemudian dibangun kembali pada tahun-tahun berikutnya dengan tanda-tanda peringatan, tanda-tanda yang menunjuk ke jalur menuju dataran yang lebih tinggi, dan Sistem Peringatan Tsunami Samudra Hindia mulai daring pada tahun 2006.

"Saya tidak tahu apa itu tsunami ... tidak ada yang memberitahu," kata seorang yang selamat di Kota resor Thailand Khao Lak mengatakan kepada TIME sepuluh tahun kemudian. Hari ini, mereka sudah bisa mengetahuinya berkat pembaharuan tersebut.

Let's block ads! (Why?)



December 30, 2018 at 08:40PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com http://bit.ly/2BMrF0m
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment