:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2789682/original/001812000_1556277566-GIA.jpg)
Para peneliti kemudian memeriksa inklusi serupa dalam berlian dari tambang Ekati Kanada. Inklusi ini berusia 3,5 miliar tahun dan tidak memiliki sinyal isotop yang sama dengan berlian Afrika barat.
Kontras itu menceritakan sebuah kisah tentang bagaimana benua terbentuk, kata Karen Smit.
Awalnya, benua mungkin terbentuk dari mantel leleh yang mengalir ke atas dalam bentuk basal, mirip dengan bagaimana Islandia atau Hawaii terbentuk saat ini. Mineral dalam kerak ini terbentuk di mantel, tidak bersentuhan dengan atmosfer.
Namun belakangan dalam sejarah Bumi, subduksi menjadi penting untuk membentuk benua yang stabil.
Satu potong kerak akan menggiling di bawah yang lain; material yang lebih padat akan tenggelam dan material yang kurang padat akan naik membentuk kerak benua. Ini adalah bagaimana sulfur di berlian Afrika barat akan menjadi jauh di bawah permukaan, kata Smit.
Kerak yang paling stabil dan tahan lama melekat pada bagian mantel yang disebut "keels atau kerangka," dinamakan demikian karena mereka menstabilkan kerak seperti kerangka menstabilkan struktur.
Lebih banyak studi tentang berlian kaya inklusi dapat membantu menjelaskan bagaimana dan mengapa "keels" itu terbentuk, kata Smit.
Sejauh ini, hanya ada empat lokasi di dunia, termasuk Afrika Barat dan Kanada, dengan berlian yang mengandung inklusi sulfida dan mineral yang digunakan untuk menentukan tanggal pembentukan berlian.
Lebih banyak lokasi akan membantu melacak sejarah Bumi secara lebih rinci, kata Smit, tetapi studi ini menantang karena berlian bernilai mahal mesti dihancurkan dalam proses analisis.
"Kita membutuhkan berlian," kata Smit, "untuk dihancurkan demi ilmu pengetahuan."
April 26, 2019 at 08:10PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com http://bit.ly/2W8BXAI
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment