Saturday, May 4, 2019

Menguji Kesolidan Parpol Koalisi Prabowo-Sandi

Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendadak menyambangi Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu 2 Mei 2019.

Berkemeja batik hitam, AHY datang menggunakan mobil Toyota Land Cruiser bernomor polisi B 2024 AHY. AHY mengaku kedatangannya lantaran diundang oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

AHY menceritakan, awal pertemuannya dengan Jokowi. Dia mengaku dihubungi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno tiga hari lalu untuk menanyakan apakah dirinya tengah berada di Jakarta dan bersedia bertemu dengan Jokowi pada Kamis, (2/5/2019).

"Saya sampaikan ke Pak Pratikno, saya ada di Jakarta dan alhamdulillah sore hari ini saya bisa ketemu langsung dengan bapak Presiden Jokowi atas undangan beliau dan tentunya sudah cukup lama tidak silaturahim," ujar dia.

Jokowi mengajak putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu berbicara di ruang kerjanya yang berada di Istana Merdeka. Jokowi menyajikan secangkir teh hangat untuknya.

Jokowi dan AHY tampak berbicara empat mata tanpa didampingi menteri Kabinet Kerja dan politisi. Pertemuan keduanya tampak akrab dan cair. Namun, pertemuan itu berlangsung tertutup.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyebut, pertemuan ini sebagai silaturahmi biasa. Tujuannya untuk mencairkan situasi politik yang membeku.

"Pertemuan itu dimaknai untuk menyamakan persepsi, semakin memperkaya pengatahuan kita tentang demokrasi," ucap dia.

Namun pandangan berbeda muncul dari internal Demokrat. Salah satu pendiri Partai Demokrat HM Darmizal MS menilai pertemuan ini memiliki makna yang dalam serta melambungkan simbol-simbol.

"Saya yakin hal tersebut sebagai sinyal kuat, bahwa Partai Demokrat akan merapat ke Jokowi," kata Darmizal di Jakarta, Kamis 2 Mei 2019.

Anggapan ini pun dimentahkan Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean. Dia menilai kapasitas Jokowi mengundang AHY sebagai presiden. Dan itu tak elok dan tak mungkin bila putra sulung Susilo Susilo Bambang Yudhoyono itu menolak undangan kepala negara.

"Jadi itu pertemuan biasa saja dan AHY adalah manusia merdeka yang bebas ketemu dengan siapa saja," jelas Ferdinand.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi itu menegaskan, sampai saat ini koalisi Gerindra, PKS, PAN, Demokrat dan Berkarya tetap solid dan tak ada masalah.

"Kita tetap mengkawal Pilpres ini sampai selesai, diumumkan nantinya tanggal 22 Mei oleh KPU. Jadi tidak ada keretakan koalisi, jangan dimaknai pertemuan AHY dan Jokowi tadi sebagai bubarnya Koalisi Adil Makmur, tidak demikian," tegas Ferdinand.

Namun dia tak menampik partainya bisa saja pindah gerbong. Karena menurut Ferdinand, Partai Demokrat selama ini tidak pernah mendeklarasikan dirinya sebagai partai oposisi.

"Bicara sinyal, ini kan tergantung Pak Jokowi. Apakah Pak Jokowi akan ajak Partai Demokrat atau tidak, itu kan hak Beliau," kata Ferdinand di Kantor KPU, Jakarta, Sabtu 4 Mei 2019.

Dia menegaskan, DNA Partai Demokrat itu sebagai penyeimbang atau partai tengah. Ketika ada kebijakan yang baik untuk rakyat, partai akan mendukungnya, sekalipun partai masuk dalam koalisi pemerintah atau sebagai oposisi.

"Kita tidak boleh ada bicara lawan politik, musuh politik. Dan semua pihak kita harus mampu berdiri bersama, bergandengan tangan membangun bangsa," ucap Ferdinand.

Kebebasan memilih itu dinilainya sebagai bentuk sikap politik partai yang mandiri dan berdaulat. "Jika memang Jokowi yang diputuskan menang, maka Demokrat bebas menentukan arah politiknya," tandas Ferdinand.

Let's block ads! (Why?)



May 05, 2019 at 12:02AM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com http://bit.ly/2Wnv52P
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment